Istana pagaruyung batusangkar

Istana Pagaruyung yang bersejarah hingga kini masih berdiri di Sumatera Barat. Saat berkunjung ke sana pun turis bisa merasa bagaikan seperti keluarga kerajaan.

Kali ini saya mendapatkan pengalaman berharga ketika berkunjung ke Istana Pagaruyung. Istana Basa Pagaruyung sendiri merupakan replika dari istana yang asli dan terletak di atas bukit Batu Patah.

Istana ini sendiri sempat dibakar pada tahun 1804, kemudian terbakar akibat petir ditahun 1966 dan 2007. Mengingat atap istana berbentuk tanduk kerbau khas minangkabau ini terbuat dari ijuk dan mudah terbakar.

Akhirnya istana nan megah ini dibangun kembali hasil swadaya dari masyarakat dan bahkan pemerintah Malaysia juga turut menyumbang. Mengingat sejarah yang panjang dari para perantauan Minang di Negeri Jiran sehingga mereka turut membantu pendirian kembali istana megah ini yang menghabiskan biaya 20 miliar.

Kami disambut oleh tarian tradisional seperti layaknya kerabat kerajaan yang baru tiba di halaman depan istana. Gadis-gadis cantik menari tarian selamat datang sambil membawa sekapur sirih sebagai tradisi kuno yang patut dipertahankan hingga kini.

Alunan musik Minang mengiringi prosesi penyambutan tamu di halaman depan istana yang tampak begitu megah walau di tengah hujan rintik. Konon kedatangan kami ‘diterima’ dengan turunnya hujan rintik-rintik dan bahkan tidak menyurutkan kami untuk mengabadikan moment istimewa yang sangat jarang diadakan di istana ini kecuali untuk kedatangan tamu VVIP atau pejabat negara.

Begitu tarian selesai, kami diajak untuk memasuki ruangan istana. Sepatu atau sandal tidak diperkenankan untuk dibawa naik ke dalam istana, para wisatawan bisa melepasnya ditangga naik menuju ke istana.

Begitu memasuki istana ini, decak kagum segera terdengar. Istana yang terbuat dari kayu jati pilihan ini mempunyai tiga lantai. Lantai dasar yang cukup panjang dan luas ini biasa digunakan untuk menerima tamu dan masing-masing mempunyai fungsinya sendiri.

Ukiran rumit menghiasi setiap sisi istana dan ruangan yang terbuka ini menggambarkan bagaimana prinsip budaya minang yang terbuka akan keberagaman budaya dan adat istiadat. Kain-kain adat khas Minang menghiasai sepanjang ruangan pertama istana ini dan bahkan kita menyaksikan sejarah istana ini dari TV LED yang berada di sisi kiri istana.

Kemudian kami diajak menuju ke lantai dua istana, tangga kayu harus kami lalui perlahan-lahan. Dari lantai dua ini kita bisa menyaksikan panorama Gunung Merapi di bagian depan serta bukit batu Gunung Bungsu di halaman belakang.

Gunung Bungsu di belakang istana ini diliputi oleh kabut tebal dan sungguh indah. Dari lantai dua ini, sang raja bisa melihat keadaan istana dan wilayahnya dan merupakan wilayah privat sang raja dan keluarganya. Tidak sembarang orang dulu boleh naik kelantai dua.

Dari lantai dua pengunjung bisa naik ke lantai tiga yang merupakan kamar pribadi sang raja, di kamar ini kita bisa melihat atap kamar yang diukir begitu indah dan sangat detail.

Bisa dibayangkan begitu sang raja bangun pagi, beliau bisa melihat ukiran indah dan hembusan angin sejuk dari jendela kamar. Selesai berswafoto, kami kembali menuruni lantai demi lantai.

Di lantai paling bawah, para pengunjung bisa menyewa baju adat minang untuk pria dan wanita seharga Rp 35.000/pax. Dan kemudian diabadikan dengan latar belakang Istana Basa Pagaruyung yang megah dan cantik ini.

Kapan lagi bisa serasa menjadi kerabat kerajaan dalam satu hari, momen ini memang sangat tidak terlupakan. Kenangan menjadi bagian dari kerajaan merupakan cerita tersendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

//
Silahkan chat kami di sini jika ada pertanyaan :)